Langsung ke konten utama

Featured Posts

AIR BERIAK TANDA TAK DALAM, TONG KOSONG NYARING BUNYINYA, TAHUKAH ANDA TERNYATA MAKNANYA TIDAK SEPERTI YANG SELAMA INI KITA KIRA, TERNYATA SELAMA BERTAHUN-TAHUN KITA SUDAH SALAH MENGGUNAKANNYA

        Para pembaca yang budiman. Selama ini kita semua mengetahui bahwa untuk menyamakan keadaan seseorang yang banyak bicara namun pengetahuannya dangkal adalah dengan menggunakan peribahasa "Air beriak tanda tak dalam", atau bagi yang dianggap tidak berpengetahuan "Tong kosong nyaring bunyinya". Demikian pula dengan penulis. Penulis pernah berpikir bahwa kalimat tersebut dapat diterapkan kepada setiap orang yang banyak bicara. Ketika anda berkata tentang air beriak tanda tak dalam, tong kosong nyaring bunyinya, tahukah anda ternyata maknanya tidak seperti yang selama ini kita kira, ternyata selama bertahun-tahun kita sudah salah menggunakannya.      Pada suatu kolam air kita mungkin akan menemukan riak-riak atau gelembung-gelembung air yang relatif kecil di atas permukaannya. Menurut hasil penelitian, riak-riak air tersebut banyak ditemukan pada suatu ekosistem air yang mana ketinggian permukaan airnya dari dasar tidak begitu tinggi atau air d...

SILAKAN DOWNLOAD AMPUH

SILAKAN DOWNLOAD AMPUH
Aplikasi Mobile Penyuluhan Hukum

TUGAS KITA ADALAH MEMAAFKAN ORANG LAIN, MENGAMPUNI MAKHLUK ITU URUSAN ALLĀH

بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

        Setiap manusia menjalani kehidupan atas kehendak Allāh , kita tidak pernah minta untuk diciptakan ataupun dilahirkan ke dunia. Namun apa yang kita hadapi saat ini, terlahir dan menjalani kehidupan dengan berbagai dinamikanya, adalah sesuatu yang harus kita senantiasa syukuri. Kita ambil hikmahnya saja. Jika kita tidak pernah tercipta, atau tidak pernah terlahir ke dunia, tidaklah mungkin kita akan merasakan bagaimana menjalani kesenangan hidup di surga. Di setiap keadaan, apapun itu, akan selalu ada hikmah.

 


            Seperti yang telah kita diskusikan bahwa dalam menjalani kehidupan ini setiap orang akan cenderung mengalami berbagai keadaan, terkadang susah terkadang senang, sedih ataupun bahagia, tergantung sejauh mana keyakinan kita untuk menjalani kesabaran, kekhlasan, dan penyerahan diri kepada Sang Pencipta, Allāh . Semakin tinggi tingkatannya maka akan semakin terasa sebentarlah kesusahan itu. Namun sebaliknya, semakin rendah tingkatannya, maka akan semakin cenderung terasa lama penderitaan itu, bahkan bisa membuat orang menjadi putus asa dikarenakan tidak yakin terhadap kasih sayang dari Allāh . Salah satu jalan untuk bisa mencapai tingkat keyakinan yang tinggi adalah dengan cara belajar memaafkan, baik dengan cara berusaha memaklumi setiap keadaan maupun dengan cara memaafkan kesalahan orang lain, karena tugas kita adalah memaafkan orang lain, mengampuni makhluk itu urusan Allāh .

 

Bagaimana caranya supaya kita bisa belajar untuk memaklumi suatu keadaan atau memaafkan kesalahan orang lain?

 

            Berangkat dari kesadaran bahwa hidup ini adalah milik Allāh , dan akan kembali kepada Allāh . Ketika ada orang-orang yang telah menyakiti kita, mungkin hampir setiap orang akan merasakan kekecewaan, kebencian, dan amarah terhadap mereka yang menyakiti itu. Tahukah Sahabat, bahwa perasaan dan keadaan seperti itu adalah juga ujian. Ujian adalah pada hakikatnya terhadap keimanan, tidak satupun manusia dapat beriman jika belum diuji (lihat QS. Al-Ankabūt: 2). Setiap orang juga akan mendapatkan ujian dan setiap orang juga akan bersikap dan bertindak terhadap ujian-ujian yang datang kepadanya, yang mana ujian itu bisa berupa keadaan, perbuatan manusia, ataupun makhluk lainnya. Ketidaksinkronan dalam interaksi antara respon manusia yang satu dengan yang lainnya, akan menimbulkan dinamika yang lebih beragam bahkan bisa berbentuk kekacauan yang masif. Namun jika respon setiap manusia terhadap ujian-ujian yang dihadapinya itu menjadi selaras maka akan terbentuk suatu keadaan damai.

Kunci dari kedamaian itu adalah kasih sayang, saling menyayangi sesama manusia, bahkan terhadap makhluk hidup yang lain, yaitu tumbuhan dan hewan.

 

            Seyogyanya sebagai manusia kita menyadari bahwa hidup kita akan saling memiliki ketergantungan terhadap orang lain, meskipun yang dimaksud ”orang lain” itu adalah orang-orang tertentu saja sesuai situasi dan kondisi yang memungkinkan. Dari sinilah kita perlu menyadari bahwa sebenarnya manusia itu memiliki kelemahan. Manusia menjadi lebih kuat jika berada bersama-sama dengan yang lain dalam mencapai suatu tujuan.

Dengan menyadari tentang adanya kelemahan-kelemahan itulah tentu akan terbentuk rasa saling memaklumi. Memaklumi jika seseorang mungkin terkadang melakukan sedikit kesalahan, terutama yang tidak disengaja. Berada dalam situasi kebersamaan dan saling memaklumi itulah yang kemudian akan melahirkan rasa kasih sayang, saling membutuhkan, dan saling mempedulikan.

Ketika manusia sudah merasa saling menyayangi sebagai sesama ciptaan Tuhan, tentu tidak akan tega untuk menyakiti sesamanya.

Dan jika sudah timbul rasa saling tidak tega jika menyakiti orang lain, tentu akan tercipta rasa saling memaafkan.

 

PENTING PERTAMA.

 

            Untuk dapat mencapai 3 (tiga) siklus keimanan maka yang perlu kita mulai adalah kesabaran. Kesabaran perlu mulai dilatih dengan cara belajar memaklumi, baik keadaan lingkungan maupun keadaan orang perorang. Seperti yang kita bahas pada diskusi hidup yang sebelumnya, bahwa kesabaran itu perlu disiapkan sebelum manusia menghadapi keadaan susah atau penderitaan. Artinya bahwa suatu keadaan yang dimaksud itu belum menimpa pada diri seseorang namun pasti akan datang selama hayat masih di kandung badan (lihat lagi QS. Al-Baqarah: 155). Demikian juga dengan cara melatihnya. Kita belajar berlatih melihat kekurangan orang lain, dan memperhatikan pula bagaimana mereka berinteraksi dengan keadaan yang ada pada diri mereka. Perlu juga berusaha memaklumi kenapa mereka melakukan sesuatu yang mungkin menurut kita tidak selayaknya mereka lakukan. Bayangkan jika seandainya orang lain memperlakukan kita berdasarkan apa yang mereka alami dan pertimbangkan, lalu bandingkan dengan keadaan kita yang mungkin tidak sama dengan mereka.

Memang terkadang suatu perlakuan yang tidak sesuai atau melanggar hukum perlu diberi sanksi, baik yang bersifat pidana ataupun perdata. Namun yang penulis maksud di sini adalah, bahwa jangan sampai apapun yang terjadi merusak jiwa kita sendiri.

Sekali lagi, apapun yang menimpa kita semaksimal mungkin tidak lantas membuat hati dan pikiran kita diracuni dengan rasa kecewa, kebencian, bahkan amarah. Jika kita masih terpancing untuk menyimpan perasaan-perasaan seperti itu, beristighfarlah, perbanyaklah mengingat dan memohon ampun kepada Allāh , supaya hati kita menjadi tenang.

 

PENTING KEDUA.

 

Setelah itu barulah berlatih untuk memaafkan. Pada langkah ini, kita memasuki tingkatan yang kedua yaitu keikhlasan. Keikhlasan bisa dilatih dengan belajar memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain itu disyariatkan dalam Islam. Sekali lagi bahwa Allāh  telah menguji  orang-orang yang beriman, demikian juga halnya yang terjadi dengan para Nabi dan Rasul. Lihat QS.Al-Baqarah: 178, dan sesungguhnya Allāh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 

Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan. Ini dulu yang perlu kita sadari dan selalu ingat. Penulis sangat yakin bahwa Sahabat pernah melakukan kesalahan, apapun bentuknya, demikian pula dengan penulis, dan begitu juga dengan orang lain. Setiap orang akan cenderung merasa ingin dimaafkan oleh orang lain ketika dirinya melakukan kesalahan, apapun bentuk dan respon tindakannya. Baik suatu kesalahan itu disengaja ataupun tidak, bisa saja setiap orang kemudian menyesal dan ingin memperbaiki diri. Ketika kita berharap itu dari orang lain, tentu demikian juga yang diharakan orang lain kepada diri kita. Bahkan kita pun selama ini selalu berdoa dan berharap setiap kesalahan kita dimaafkan dan diampuni oleh Allāh . Dan ingatlah, bahwa Allāh  tidak akan pernah tersaingi oleh makhluknya. Oleh karena itu, jika kita ingin kasih sayang dan ampunan-Nya, belajarlah untuk memancing hal itu terwujud. Bagaimana cara memancing kasih sayang dan ampunan Allāh ? Tidak lain dengan belajar merasa memaafkan kesalahan orang lain. Yakinlah bahwa sikap memaafkan orang lain belum berarti bahwa pertanggung jawaban perbuatan yang telah dilakukan oleh orang lain terhadap kita kemudian menjadi tidak dilaksanakan sama sekali. Sikap memaafkan kesalahan orang lain seyogyanya dipisahkan dari permasalahan pertanggungjawaban pidana ataupun perdata, meskipun ketika seseorang sudah memaafkan kesalahan kemudian orang lain itu bisa saja dibantu menjadi tidak perlu menjalani sanksinya.

Semakin membudayakan menyayangi sesama makhluk, insyā Allāh kasih sayang-Nya akan semakin besar kepada kita. Semakin membudayakan memaafkan kesalahan orang lain, insyā Allāh ampunan-Nya akan semakin mudah kepada kita.

Jangan rusak jiwa kita dengan perasaan dendam.

Menerima kerugian atau penderitaan yang diakibatkan oleh sikap dan perbuatan orang lain dengan cara tidak membuat perhitungan, sesungguhnya itulah keikhlasan sejati.

 

PENTING KETIGA.

 

            Ketika kita sudah merasa memaafkan kesalahan orang lain, serahkan urusannya kepada Allāh  (berserah diri/bertawakkal). Harapan setiap orang, ketika seseorang melakukan kesalahan lalu ia akan bertaubat, berusaha meminta maaf kepada orang yang telah dirugikannya atau memohon ampunan dari Allāh . Meskipun kita sudah merasa memaafkan orang lain itu, tidak perlu terlalu berharap bahwa orang yang sudah dimaafkan akan bertaubat dan memohon ampunan Allāh . Ketika kita sudah memaafkan kesalahannya, serahkan semuanya urusan kepada Allāh . Kewajiban kita yaitu memaafkan kesalahan orang lain sudah dilaksakanan, tinggal kewajiban orang yang melakukan kesalahan itu yang harus menindaklanjutinya kepada Allāh .

 

Dengan demikian urusan sesama manusia sudah dialihkan menjadi urusan orang itu dengan Allāh . Tentunya jika orang tersebut sebenarnya hanya pura-pura menyesal dan tidak memperbaiki diri, sesungguhnya Allāh Maha Mengetahui segala sesuatu.

Menyerahkan segala urusan kepada Allāh  ketika kita telah berusaha, sesungguhnya yang demikian itulah keimanan sejati (lihat QS. An-Nisā': 125).


وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابُ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APAKAH PERBUATAN BUNUH DIRI MERUPAKAN SUATU HAL YANG MELANGGAR HUKUM POSITIF DI INDONESIA ATAU BUKAN?

بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ     Yth. Sahabat Diskusi Hidup , alhamdulillāh pada kesempatan kali ini kita dapat berjumpa lagi untuk membahas diskusi hidup tentang apakah perbuatan bunuh diri merupakan suatu hal yang melanggar hukum positif di Indonesia atau bukan. Berikut ini adalah diskusi hidup kita kali ini.         Pada umumnya setiap orang akan menganggap bahwa tindakan bunuh diri adalah perbuatan yang melanggar hukum karena dinilai sebagai perbuatan yang tercela, menghabisi atau menghilangnya nyawa manusia meskipun itu terhadap dirinya sendiri. Namun sebagian orang masih banyak yang menganggap bahwa tindakan bunuh diri itu tercela namun tidak melanggar hukum positif di Indonesia dengan alasan tidak diatur di dalam buku Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) atau peraturan perundang-undangan lainnya. Yang diatur di dalam pasal KUHP adalah mengenai suruhan atau dorongan untuk melakukan ...

TINDAK PIDANA KHUSUS DI LUAR KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ     Yth. Sahabat Diskusi Hidup, a lhamdulillāh kita dapat berjumpa kembali dalam kesempatan yang berbeda. Kali ini penulis akan membahas diskusi hidup tentang tindak pidana khusus di luar Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Selanjutnya diskusi hidup kita adalah sebagai berikut.             Pertama kali dikenal istilah Hukum Pidana Khusus, sekarang diganti dengan istilah Hukum Tindak Pidana Khusus. Timbul pertanyaan, apakah ada perbedaan dari kedua istilah ini. Oleh karena yang dimaksud dengan kedua istilah itu adalah UU Pidana yang berada di luar Hukum Pidana Umum yang mempunyai penyimpangan dari Hukum Pidana Umum baik dari segi Hukum Pidana Materiil maupun dari segi Hukum Pidana Formal. Kalau tidak ada penyimpangan tidaklah disebut Hukum Pidana Khusus atau Hukum Tindak Pidana Khusus.             Hukum Tindak Pidana K...

HATI-HATI DALAM HAL TURUT MENCICIL BARANG YANG KEMUDIAN DIGUNAKAN OLEH ORANG LAIN

بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ   Yth. Sahabat Diskusi Hidup,   alhamdulillāh kita dapat berjumpa kembali dalam kesempatan diskusi hari ini. Kali ini kita akan membahas diskusi hidup tentang hati-hati dalam hal turut mencicil barang yang kemudian digunakan oleh orang lain. Berikut ini adalah diskusi hidup kita kali ini. Ketika kita turut membantu seseorang atau bahkan orang tua kita dalam memenuhi cicilan kredit barang, maka apa yang kita niatkan harus jelas. Niat tersebut bisa ditekadkan di dalam hati atau diucapkan kepada orang yang kita bantu. Alangkah jauh lebih baik jika disampaikan juga kepada orang yang dibantu.   Mungkin suatu ketika ada saudara, teman, atau bahkan orang tua yang misalnya membeli motor atau mobil dengan cara mengangsur atau membayar dengan cara mencicil setiap bulan atau mungkin membayar beberapa kali dengan jangka waktu tertentu tidak selalu dilakukan setiap bulan, maka pada saat kita ak...